Bahasanmenarik dari Beautifull 10+ Tafsiran Kitab Kejadian 1 28 29, Paling Seru! adalah khotbah kejadian 1:28-31, penjelasan kejadian 1:28, makna kejadian 1 28 30, makna perintah allah kepada manusia pada ayat kejadian 1:28-30, kejadian 1 ayat 28, renungan kejadian 1 28 30, renungan kejadian 1 ayat 28, apa yang dimaksud dengan menguasai alam dalam kejadian 1 ayat 28, Kejadian1:28. Ayat ini sebenarnya memang bukan sebuah perintah, namun ayat ini juga bukan sebuah nubuat. Ul 7:14; 28:18), walaupun kemandulan itu sendiri tidak selalu sebagai hukuman Allah, misalnya kemandulan Sara (11:30; 17:17; 18:11-12), Ribka (25:21), Rakhel (29:31). Dari data seperti ini sulit dipahami mengapa kemampuan beranakcucu di Kejadian1:26-28. Konteks. 1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita 1 o menjadikan manusia 2 p menurut gambar q dan rupa r Kita, supaya mereka berkuasa s atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara t dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 1:27 Maka Allah menciptakan u manusia v itu Vay Tiền Nhanh. Ilustrasi Kejadian 1 ayat 28. foto PixabayTuhan Yesus menyatakan tujuan penciptaan manusia dengan jelas dalam Kejadian 1 ayat 28. Dalam ayat Alkitab itu, disebutkan pula bahwa penciptaan tersebut berkaitan dengan pengelolaan alam informasi, Kejadian 1 merupakan pasal pertama dalam Perjanjian Lama Alkitab. Pasal tersebut memuat kisah penciptaan dunia dalam enam hari. Struktur Kejadian 1 terbagi menjadi tujuh bagian, yang terdiri dari perikop “Pada Mulanya”, hingga “Hari Pertama” sampai “Hari Keenam”.Kembali membahas Kejadian 1 ayat 28, ayat Alkitab ini berkaitan erat dengan ayat-ayat lainnya yang tercatat dalam Injil Kejadian 1, khususnya ayat 26-30 yang berada dalam perikop “Allah Menciptakan Langit dan Bumi Serta Isinya”.Lalu, apa makna dari Kejadian 1 ayat 28 dalam Alkitab? Simak ulasan berikut untuk mengetahui Kejadian 1 ayat 28. foto PixabayBunyi Kejadian 1 Ayat 28Kejadian 1 ayat 28 memiliki keterkaitan erat dengan ayat-ayat lainnya. Sebelum membahas makna Kejadian 1 ayat 28, baca terlebih dahulu ayat Alkitab berikut26 Berfirmanlah Allah "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."29 Berfirmanlah Allah "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari Kejadian 1 ayat 28. foto PixabayMakna Kejadian 1 Ayat 28 dalam AlkitabMengutip buku Posisi dan Peran Manusia dalam Alam karya Barnabas Ohoiwutun, Kejadian 1 ayat 28 menyebutkan Tuhan Yesus menciptakan manusia untuk menjalankan tugas tertentu, yaitu menaklukkan bumi dan memenuhi bumi dengan bumi di sini merujuk pada pengelolaan alam semesta, baik ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, segala binatang merayap, serta berbagai jenis tumbuhan yang hidup di bumi, khususnya Taman samping itu, manusia diciptakan berdasarkan gambar dan rupa Allah. Artinya, setiap manusia diciptakan untuk memancarkan sifat-sifat Tuhan dan kemuliaan-Nya. Adapun manusia pertama yang diciptakan Tuhan Yesus adalah Adam dan Tuhan menciptakan Adam dari debu dan tanah. Kemudian, Tuhan melihat Adam memerlukan seorang pendamping yang sepadan. Sehingga, Tuhan menciptakan seorang perempuan bernama Hawa dari tulang rusuk yang Dibahas dalam Kejadian 1 Ayat 28?Apa Tugas Manusia dalam Kejadian 1?Siapa Nama Manusia Pertama? Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka “Beranakcuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Kejadian 128 Setelah Allah menciptakan manusia, Ia memberkati mereka dan memberi mereka tugas atau tanggung jawab. Pemeliharaan Allah dan kenikmatan yang manusia bisa dapatkan baru difirmankan di ayat selanjutnya. Kita bisa mengatakan bahwa tanggung jawab harus lebih diutamakan daripada hak kita. Kita membutuhkan keduanya namun tanggung jawab harus menjadi prioritas. Ketika semua orang menuntut hak dan mengecilkan tanggung jawab, maka akan terjadi kekacauan, saling menuntut, pertikaian, dan pada akhirnya kehancuran. Namun ketika semua orang mengedepankan tanggung jawab, hampir semua masalah akan dapat diselesaikan. Ada yang menyatakan bahwa kedewasaan seseorang bisa dinilai dari banyak atau besarnya tanggung jawab dipikulnya. Kalimat ini ada benarnya. Anak kecil hanya mencari kesenangan dan tidak mengerti tentang tanggung jawab. Lambat laun ia bertumbuh dan menyadari bahwa ia harus mengambil peran, dan peran yang signifikan adalah peran yang dibutuhkan, menciptakan perubahan, dan memiliki beban tanggung jawab. Orang dewasa yang menolak untuk mengemban tanggung jawab pasti akan kehilangan identitas, arah hidup, dan makna hidup. Ada yang menyatakan bahwa penyebab sebagian kasus pasien depresi berakar pada penolakan untuk mengemban tanggung jawab dalam hidup. Pertanyaan renungan Apakah kita mengerti tanggung jawab kita di hadapan Allah? Apakah kita mau mengemban atau menolak tanggung jawab? Apakah kita lebih mementingkan hak atau tanggung jawab? Post navigation Dari kacamata sejarah ilmu pengetahuan, Kejadian 128, yang sering disebut sebagai mandat budaya, telah memainkan peranan yang sangat penting. Ayat inilah yang membuat orang Kristen memiliki pandangan yang unik tentang alam dan akhirnya turut berperan besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Bangsa-bangsa kuno, khususnya dalam budaya Timur, menganggap alam sebagai sesuatu yang keramat dan patut dihormati. Tidak jarang mereka menjadikan alam sebagai objek penyembahan, misalnya dewa matahari, dewa bulan, dewa guruh, dewa kilat, dll. Di sisi lain, bangsa Yunani cenderung melihat alam materi sebagai sesuatu yang jahat dan harus dihindari. Dua kutub pemikiran ini tentu saja tidak akan pernah mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Cara pandang Alkitab yang seimbang tentang alam telah mengubah keingintahuan manusia tentang alam, dengan demikian telah memajukan ilmu pengetahuan. Dalam jaman modern, sebagian orang justru menganggap bahwa Kejadian 128 telah turut memberikan dampak negatif terhadap perlindungan alam. Ayat ini dianggap memberikan kebebasan bagi manusia untuk mengeksploitasi alam. Ketidakseimbangan ekologi yang terjadi dianggap bersumber dari cara pikir di ayat ini. Kejadian 128 dianggap sebagai bentuk kesombongan manusia yang melangkah terlalu jauh dari animisme primitf, yaitu kepercayaan bahwa di setiap benda alam terdapat roh yang harus dihormati. Benarkah ayat ini memberikan ijin bagi eksploitasi alam? Hal pertama yang perlu kita pahami adalah bahwa pemberian mandat budaya kepada manusia di Kejadian 128 tidak berarti pengalihan kepemilikan atas alam semesta dari Allah kepada manusia. Seluruh bumi tetap menjadi milik Allah Mzm 241, juga binatang-binatang liar di padang dan di gunung Mzm 5010-12. Ulangan 226 mengajarkan perlunya manusia melestarikan kehidupan binatang. Apa yang dilakukan seseorang terhadap binatang bahkan akan mempengaruhi keadaan orang itu Ul 227. Salah satu tujuan diadakannya hari Sabat adalah supaya binatang dan para budak bisa beristirahat Kel 2312. Allah bahkan mengatur penggunaan lahan untuk bertani/berladang, yaitu suatu ladang boleh dipakai secara terus-menerus selama 6 tahun, sesudah itu tanah itu harus dibiarkan begitu saja pada tahun ketujuh Ul 253-4. Ayub bahkan sadar bahwa ladang akan mendakwa dia apabila ia telah menyalahgunakannya Ay 3138-40. Hal berikutnya adalah pembatasan apa yang boleh dimakan oleh manusia. Setelah memberikan mandat budaya, Allah memberitahu manusia bahwa makanan mereka adalah pohon-pohonan yang berbiji. Ia bahkan membedakan makanan manusia dengan makanan binatang Kej 129. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada makhluk hidup yang dieksploitasi secara berlebihan oleh makhluk hidup lainnya. Gaya hidup vegetarian ini juga didukung oleh gambaran nabi tentang pemulihan jaman akhir melalui karya Mesias. Yesaya 117-8 mencatat, “Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak”. Yesaya 6525 menubuatkan, “Serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu”. Hosea 217 juga mengajarkan “Aku akan mengikat perjanjian bagimu pada waktu itu dengan binatang-binatang di padang dan dengan burung-burung di udara, dan binatang-binatang melata di muka bumi; Aku akan meniadakan busur panah, pedang dan alat perang dari negeri, dan akan membuat engkau [lit. “mereka”] berbaring dengan tenteram”. Kebiasaan manusia memakan daging binatang dapat disimpulkan baru muncul setelah kejatuhan manusia di dalam dosa. Allah mengorbankan binatang untuk menutupi ketelanjangan manusia 321. Fakta bahwa Habel memelihara ternak 42-4 sangat mungkin menyiratkan bahwa ternak tersebut dimaksudkan untuk dikonsumsi manusia. Nuh juga telah mengetahui cara membedakan binatang yang haram dan yang halal untuk dimakan 72. Jadi, ucapan Allah di Kejadian 93 tidak boleh dipahami sebagai permulaan manusia mengkonsumsi daging binatang. Allah hanya mengesahkan apa yang sudah dilakukan manusia setelah kejatuhan. Allah memelihara semua binatang. Perintah Allah kepada Nuh untuk membawa setiap jenis binatang ke bahtera dalam peristiwa air bah Kej 619-21 merupakan contoh yang jelas tentang perhatian Allah terhadap kelestarian binatang. Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah arti kata “menaklukkan” kabash bumi dan “berkuasa” radah atas binatang di Kejadian 128. Kata Ibrani kabash menaklukkan muncul sekitar 15 kali dalam Perjanjian Lama. Harus diakui, kata ini memang menyiratkan menyiratkan unsur paksaan kepada pihak yang ditaklukkan. Hal ini terlihat dari penggunaan kata kabash untuk pemerkosaan seorang wanita Est 78, pendudukan suatu bangsa oleh bangsa yang lain Bil 3222, 29; Yos 181; 1Taw 2218 atau perbudakan dengan paksaan 2Taw 2810; Neh 55; Yer 3411, 16. Kata radah berkuasa muncul sekitar 25 kali. Dalam beberapa penggunaannya, kata ini memang merupakan kata yang keras menyiratkan unsur paksaan, misalnya Imamat 2617, Bilangan 24;19, Nehemia 928, Yehezkiel 344. Bagaimanapun, makna ini bukanlah satu-satunya makna yang terkandung dalam kata radah. Kata radah juga dipakai untuk kekuasaan yang tidak semenang-menang, misalnya larangan untuk memerintah radah dengan kejam Im 2543, 46, 53, pemerintahan Salomo yang penuh damai 1Raj 424; 516; 922-23; 2Taw 810, pemerintahan Mesias Mzm 1102. Dengan kata lain, makna kata radah harus ditentukan oleh konteks di mana kata tersebut muncul. Dalam konteks Kejadian 128, kata radah harus dilihat dari kacamata ayat 29. Selanjutnya, bagaimana kita bisa mengharmoniskan arti kabash dan radah di atas yang tampak bertentangan? Apa yang kita bisa dapatkan dari studi kata “menaklukkan” kabash dan “berkuasa” radah tersebut? Dua kata tersebut sebaiknya dimengerti dalam satu kesatuan, di mana kata kerja radah mengontrol arti kata kerja kabash. Mengapa? Karena dalam ayat 26 Allah hanya memakai satu kata kerja saja untuk dominasi manusia atas ciptaan lain, dan kata itu adalah kata radah bukan kabash. Lalu mengapa Allah juga menggunakan kata kabash yang berkonotasi negatif dalam hubungan antara manusia dengan bumi? Kata ini mungkin hanya menyiratkan adanya unsur usaha dari manusia dalam menaklukkan bumi, bukan unsur paksaan. Bumi tidak langsung memberikan sesuatu kepada manusia. Manusia perlu mengusahakannya Kej 215. Setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, usaha yang dibutuhkan menjadi semakin besar Kej 317-19. Penjelasan lain yang lebih masuk akal adalah dengan melihat Kejadian 128 dalam perspektif Pentateukh secara umum. Kata kabash di sini adalah kata yang sama yang dipakai Musa untuk penaklukan tanah eres Kanaan oleh bangsa Israel Bil 3222, 29. Melalui penggunaan kata ini Musa ingin mengajarkan bahwa sebagaimana sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa penaklukkan bumi eres merupakan berkat Allah ayat 28 “Allah memberkati mereka dan berkata...”, demikian juga Allah akan membuat bangsa Israel mampu menaklukkan tanah eres Kanaan apabila mereka taat kepada-Nya. Hal ini juga tampaknya didukung oleh penulis kitab Hakim-hakim. Hakim-hakim 220-21 mencatat “karena bangsa ini melanggar perjanjian yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyang mereka, dan tidak mendengarkan firman-Ku, maka Akupun tidak mau menghalau lagi dari depan mereka satupun dari bangsa-bangsa yang ditinggalkan Yosua pada waktu matinya”. NK_P

makna kejadian 1 28 30